Campurasri.desa.id - Bagi semua petani, musim hujan sangat ditunggu-tunggu karena air hujan merupakan modal utama dalam bercocok tanam. Namun, tak jarang, jika terlalu banyak curah hujan mendatangkan bencana, seperti banjir, tanaman padi terendam, gagal panen.
Walaupun demikian, tetap harus disyukuri, di balik peristiwa selalu ada hikmah, begitu kata orang bijak.Dibalik hal negatif yang mungkin muncul, petani harus menyadari akan hal itu perlu kesadaran penuh, kalau manusia hanya berupaya dan berdoa.
Salah satu cara petani bersyukur akan turunnya hujan dan agar mendapat keberkahan, diwujudkan dengan berbagai tradisi dan cara yang berbeda.
Pada intinya sebuah tradisi sebagai bentuk syukur akan semua nikmat. Tradisi juga sebagai kearifan lokal yang harus dilestarikan.
Tak kecuali, para petani Desa Campurasri, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi memiliki tradisi ketika menjelang rendeng atau musim hujan, yakni "Labuhan" pada hari Kamis kemarin (24/11/2022).
Biasanya ketika turun hujan pertama, petani sudah menghitung hari baik untuk tebar benih, Labuhan, tanam dan sebagainya.
"Untuk adat Labuhan sendiri sebagai permulaan tanam, pelaksanaan harinya tidak sembarangan. Dari pihak desa bersama tokoh sesepuh yaitu "Mbah Bonyok", sebelumnya telah mencari hari baik," keterangan Suratman, Kepala Dusun Campurasri 1.
"Pelaksanaan upacara/tradisi sedekah bumi Labuhan di Desa Campurasri, biasanya di area sawah yang lapang di beberapa titik yaitu di sawah Dusun Campurasri 1, Dungwaluh dan beberapa sumur HIPPA dengan membawa tumpeng, ambeng dan dimulai dengan kirim doa atau kenduri," terang Sutrisno selaku Kepala Desa Campurasri sebelum acara.
"Labuhan ini merupakan tradisi kearifan lokal yang bermakna sedekah dan doa, menjadi salah satu acara rutinan di setiap tahun jelang musim hujan/ rendeng. Sangat disayangkan, tradisi ini sedikit berkurang peminat dari anak-anak milenial, selain dihadiri perangkat desa hanya diwakili petani yang aktif di kelompok tani sekitar 300 orang," tambah Sutrisno.
Setelah warga dan petani yang membawa makanan dan ambeng berkumpul, jelang pukul 06.00 WIB, acara kirim do'a dimulai dan dipimpin oleh tokoh agama masing-masing dusun. Untuk Dusun Campurasri 1 dipimpin oleh Hirman, tokoh agama dan mantan perangkat desa Campurasri yang telah purna.
"Semoga dengan dipanjatkan Do'a bersama, harapan petani terkabul yaitu panen melimpah tanpa ada kendala hama ataupun hal-hal lainnya," harap Hirman.
Nilai positif tradisi kearifan lokal Labuhan yang merupakan sebuah keunikan ini, haruslah diketahui anak-anak zaman milenial agar anak-muda nantinya bisa melestarikannya.