CAMPURASRI.DESA.ID - Sampai kapanpun, semua warga diharapkan tetap waspada akan wabah Demam Berdarah Dengue (DBD), apalagi di kondisi musim penghujan seperti ini. DBD sendiri adalah masalah lingkungan yang bersumber dari nyamuk dan adanya pembiaran sarang nyamuk oleh setiap orang.
Salah satu upaya efektif untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD yang disarankan oleh Puskesmas Karangjati kepada kader Kesehatan di desa adalah menetapkan satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik).
“Jumantik itu merupakan upaya gerakan yang sangat efektif. Setiap rumah itu ada satu juru pemantau jentik. Kemudian satu rumah itu harus ada Agent of Change untuk mengubah perilaku dan ada gerakan 3M+, mengubur, menguras, menutup, melipat baju-baju yang digantung yang menjadi tempat sarang nyamuk,” kata bidan desa Campurasri Enggar Mustika Ndriana, A.Md.Keb didampingi Kepala Puskesmas Pembantu Desa Campurasri Karimin,A.Md,Kep.
Guna menghadapi kondisi ini, musim penghujan dan memperlancar harapan PKM Karangjati dalam mewaspadai DBD, Pemerintah Desa Campurasri beserta bidan desa dan Ketua Forum Desa Sehat Qomari Ali Mustofa membuat dan melaksanakan Inovasi Desa "TURU SAKTIK", satu rumah satu kader Jumantik.
"Giat TURU SAKTIK terlaksana dimana sebagai pendampingan awal, semua kader kesehatan desa membantu dan mengarahkan tiap satu rumah ada yang bertanggung jawab sebagai Jumantik," terang Sutrisno, Kepala Desa Campurasri.
Jumantik sendiri bertugas memantau jentik nyamuk yang ada di sekeliling tempat tinggal, terutama di tempat-tempat yang biasa menjadi sarang nyamuk seperti di bak mandi karena jarang dikuras, genangan air di sampah kaleng atau plastik kemasan air minum. Sarang nyamuk tersebut hendaknya diberantas dengan segera agar tidak menimbulkan DBD.
"Tugas Jumantik lainnya adalah melakukan 3M+, dan Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN), yakni menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas. Ditambah lagi dengan menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk," pertegas Enggar.
Selain 3M+ yang harus dilakukan Jumantik, kader juga bertindak sebagai "Agent of Change" dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat. Jadi, kader merupakan pelopor untuk mencontohkan dan mengingatkan upaya-upaya pencegahan DBD.
“Apa pun bisa dilakukan masyarakat untuk membunuh nyamuk untuk mematikan lingkungannya, untuk memutus mata rantai hidup jentik nyamuk DBD, menguras, mengubur, kemudian menanam atau mengoleskan serai. Itu langkah yang bagus untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk,” tambah Wiwik Yuli Murtini penyuluh kesehatan dari Puskesmas Karangjati saat memantau inovasi TURU SAKTIK.
Selain itu, DBD tidak hanya menyerang pada musim hujan, pada musim kemarau pun potensi seseorang terserang DBD masih ada, belum lagi Indonesia adalah negara endemis DBD. Hal itu bisa terjadi ketika seseorang tidak melakukan perilaku hidup sehat, seperti jarang bersih-bersih dan terbiasa menggantungkan pakaian bekas pakai, tambahnya.